Aku anak seorang petani Linoet, usiaku baru 8 tahun walaupun ayahku seorang petani Linoet tapi aku bangga menjadi anaknya karena ayahku seorang pekerja keras dan sabar. Pak Amin seorang petani ia tinggal disebuah desa dekat Sungai Tiro, dalam keseharian ia "ngebolang" keluar masuk hutan mencari Linoet (Kelulut) yang masih bersarang di pepohonan, setiap beliau pergi selalu membuahkan hasil.
Sampai suatu hari pak Amin mengajak anaknya Fani dan Dandi mencari Linoet dalam hutan di kaki gunung Mamprei kawasan Tiro. Dandi tidak mau ikut dengan berbagai macam alasan, sedangkan Fani sangat senang dengan ajakan ayahnya, ia lalu bergegas mempersiapkan diri dan mengambil bekal yang sudah disiapkan ibunya. Sekian lama berjalan menyusuri hutan belantara belum membuahkan hasil. Matahari sudah mulai tergelincir mereka beristirahat shalat dan mencicipi bekal di pinggir sungai, selesai istirahat mereka melanjutkan "ngebolang" mencari sarang Linoet.
Ketika pak Amin mencari Linoet beliau terpeleset, ketika Fani melihat ayahnya terpeleset dengan spontan ingin membantu, namun karena area yang berbahaya Fani harus memutar otaknya bagaimana cara membantu ayah.
Dia menangis memanggil-manggil.
"Ayah … Ayah …?"
Sembari mengambil tali dan mengikatnya di pohon dilemparkan kebawah.
Dalam keadaan genting Fani tidak putus asa, dia berusaha sekuat tenaga membantu ayahnya supaya bisa naik keatas. Sambil berdoa dan berusaha dengan sekuat tenaga, dengan sangat hati-hati, Alhamdulillah pak Amin bisa naik keatas dan dapat diselamatkan walau mengalami luka lecet di badan.
Fani memeluk ayahnya sambil berkata "Yah … Yah tidak apa-apa kan?"
Butiran bening terus mengalir di pipinya, ayah mengetahui anaknya "syok" (terkejut) dengan kejadian tadi berusaha menenangkan sembari mengatakan
”Sudah-sudah jangan nangis lagi, ayah baik-baik saja! Ayok kita cari lagi sarang linoet disana, jangan sampai linoetnya tau anak ayah cengeng dan penakut.." celoteh pak Amin sambil tertawa untuk menenangkan keadaan.
Fani yang merasa dicandain sama ayahnya tersipu malu sambil mengerutu "ayaaah..." sembari membuntuti dibelakang.
Fani tanpa sengaja melihat sarang linoet yang ditutupi dedaunan sambil berteriak memanggil ayahnya.
"Yah … ayah ini ada sarang nya..!"
Kemudian ayahnya bergegas melihat sarang linoet yang ditemukan oleh anaknya, sambil berkata,
“Wah … ini jenis Itama nak! Sangat cocok kita ternak di pedesaan."
Fani yang baru belajar ternak Linoet senangnya bukan main melihat sarang Linoet yang lumayan banyak untuk diternak, dengan gigih dan cekatan pak Amin menebang pohon tempat bersarangnya Linoet untuk dibawa pulang dan diambil madunya.
Bukan cuma madu, Log yaitu sarang Linoet yang siap dipasang topping juga tidak kalah harga jualnya bisa mencapai Rp. 800 ribu – Rp. 2 jutaan, bayangkan penghasilan dari ngebolang dan berternak Linoet bisa menambah pendapatan keluarga.
Fani yang keseharian membantu juga mendapatkan hasil, madu yang didapat lumayan banyak dijual dengan harga mahal satu botol diharga Rp 150 ribu, linoet juga bermanfaat untuk petani sebagai sarana penyerbukan tanaman secara alami.
Madu Linoet bisa dikonsumsi untuk anak- anak dan orang dewasa karena berbagai macam khasiatnya, bisa untuk kecerdasan anak dan baik untuk kesehatan.
Pelajaran (pesan moral)
Pak Amin mengajari anaknya untuk berusaha, bekerja keras dan sabar akan membawa berkah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Walaupun dalam keadaan terjepit kita harus selalu mengingat Allah SWT dan tidak boleh berputus asa dengan nikmat-Nya.
Doa tanpa usaha adalah bohong
Usaha tanpa doa adalah sombong.